Tugas : Ilmu Penyakit (IP)
MAKALAH TENTANG INFARK
MIOKARD AKUT (IMA)
D
I
S
U
S
U
N
OLEH KELOMPOK 1 :
1.
ADHE RESKI BERLIAN PUTRI
2.
ALFRIDA ISRA HARDIANTI
3.
ULFA
4.
WD. HERVINA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
SWASTA KESEHATAN
YAYASAN KESEHATAN
NASIONAL
KOTA BAUBAU
2015
BAB I
PENDAHULUAN
Pada
bab ini penyusun menjelaskan tentang latar belakang rumusan masalah, dan tujuan
penulisan, yang secara khusus mengulas Infark Myocard Acute secara singkat dan
jelas yang kami kemas dalam makalah ini.
A. Latar Belakang
A. Latar Belakang
Latar
belakang penyusunan makalah, secara langsung untuk malatih ketrampilan dalam
menyusun sebuah makalah. Sedangkan latar belakang penyusunan makalah
tentangInfark Myocard Acute, karena Infark Myocard Acute asing ditelinga
masyarakat. Oleh karena itu, saya selaku penulis ingin memberi informasi
tentang bahayanyainfark myocard acute, tanda-tanda dan gejala-gejalainfark
myocard acute.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian
Infark Miokard Akut ?
2. Apa Penyebab Infark Miokard Akut ?
3. Bagaimana Gejala dan Dampak Infark Miokard Akut ?
2. Apa Penyebab Infark Miokard Akut ?
3. Bagaimana Gejala dan Dampak Infark Miokard Akut ?
C.
Tujuan Penulisan
1.
Untuk memenuhi tugas guru mata pelajaran .
2.
Untuk memberi tentang pengertian Infark
Miokard Akut dan Gejala lainya.
BAB II
PEMBAHASAN
1.Laporan pendahuluan
A. Definisi
Ø
Infark miokard akut
terjadi ketika iskemia miokard,yang biasanya timbul sebagai akibat penyakit aterosklerosis arteri
koroner, cukup untuk menghasilkan nekrosis inversibel otot jantung. (Huan H
Gray,dkk,2005)
Ø
Infark miokardium
mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplai darah yang tidak
adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang (Brunner & Sudarth, 2002)
Ø
Infark
miocard akut adalah nekrosis miocard akibat
aliran darah ke otot jantung terganggu. (Suyono, 1999)
Ø
IMA adalah nekroses
miokard akibat aliran darah ke otot jantung terganggu. (H.M. Saifoellah Noer,
1996).
Ø
IMA adalah kematian
jaringan Miokard akibat oklusi akut pembuluh darah koroner. (Rumah sakit
Jantung Harapan Kita , 1993).
Ø
IMA
merupakan kondisi kematian pada miokard (otot jantung) akibat dari aliran darah
ke bagian otot jantung terhambat.
Ø Infark Miokard Akut adalah penyakit jantung
yang disebabkan oleh karena sumbatan arteri koroner. (Hudak & Gallo; 1997).
Sumbatan akut terjadi oleh karena adanya ateroksklerotik pada dinding arteri
koroner, sehingga menyumbat aliran darah ke jaringan oto jantung.
Serangan IMA biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak seperti angina yang
biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa pada dada atau
perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah mendapat
serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan angina
sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa, infark
miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada
jam-jam awal dipagi hari.
IMA merupakan penyebab kematian utama bagi laki-laki
dan perempuan di USA. Diperkirakan lebih dari 1 juta orang menderita
infark miokard setiap tahunnya dan lebih dari 600 orang meninggal akibat
penyakit ini. Untungnya saat ini terdapat pengobatan mutakhir bagi heart attack
yang dapat menyelamatkan nyawa dan mencegah kecacatan yang disebabkannya.
Pengobatan paling efektive bila dimulai dalam 1 jam dari permulaan gejala.
B. Etiologi
AMI terjadi jika
suplai oksigen yang tidak sesuai dengan kebutuhan tidak tertangani dengan
baik sehingga menyebabkab kematian sel-sel jantung tersebut. Beberapa hal yang menimbulkan gangguan
oksigenasi tersebut diantaranya:
1. Berkurangnya
suplai oksigen ke miokard.
Menurunya suplai oksigen disebabkan oleh tiga factor, antara lain:
a.
Faktor pembuluh darah
Hal ini
berkaitan dengan kepatenan
pembuluh darah sebagai jalan darah mencapai sel-sel jantung. Beberapa hal yang
bisa mengganggu kepatenan pembuluh darah diantaranya: atherosclerosis, spasme,
dan arteritis. Spasme pembuluh darah bisa juga terjadi pada orang yang tidak
memiliki riwayat penyakit jantung sebelumnya, dan biasanya dihubungkan dengan
beberapa hal antara lain:
(a) mengkonsumsi
obat-obatan tertentu;
(b) stress emosional atau
nyeri;
(c) terpapar suhu dingin
yang ekstrim,
(d) merokok.
b.
Faktor Sirkulasi
Sirkulasi berkaitan dengan kelancaran
peredaran darah dari jantung keseluruh tubuh sampai kembali lagi ke jantung.
Sehingga hal ini tidak akan lepas dari factor pemompaan dan volume darah yang
dipompakan. Kondisi yang menyebabkan gangguan pada sirkulasi diantaranya kondisi
hipotensi. Stenosis maupun isufisiensi yang terjadi pada katup-katup jantung
(aorta, mitrlalis, maupun trikuspidalis) menyebabkan menurunnya cardac out put
(COP). Penurunan COP yang diikuti oleh penurunan sirkulasi menyebabkan bebarapa
bagian tubuh tidak tersuplai darah dengan adekuat, termasuk dalam hal ini otot
jantung.
c.
Faktor darah
Darah merupakan pengangkut oksigen menuju
seluruh bagian tubuh. Jika daya angkut darah berkurang, maka sebagus apapun
jalan (pembuluh darah) dan pemompaan jantung maka hal tersebut tidak cukup
membantu. Hal-hal yangmenyebabkan terganggunya daya angkut darah antara lain:
anemia, hipoksemia, dan polisitemia.
2. Meningkatnya kebutuhan oksigen tubuh
Pada orang normal meningkatnya kebutuhan
oksigen mampu dikompensasi diantaranya dengan meningkatkan denyut jantung untuk
meningkatkan COP. Akan tetapi jika orang tersebut telah mengidap penyakit
jantung, mekanisme kompensasi justru pada akhirnya makin memperberat kondisinya
karena kebutuhan oksigen semakin meningkat, sedangkan suplai oksigen tidak
bertambah. Oleh karena itu segala aktivitas yang menyebabkan meningkatnya
kebutuhan oksigen akan memicu terjadinya infark. Misalnya: aktivtas berlebih,
emosi, makan terlalu banyak dan lain-lain. Hipertropi miokard bisa memicu
terjadinya infark karea semakin banyak sel yang harus disuplai oksigen,
sedangkan asupan oksien menurun akibat dari pemompaan yang tidak
efektive.
Faktor
penyebab Infark Miokard Akut (IMA): (kasuari, 2002)
1.
Suplai oksigen ke miocard berkurang yang
disebabkan oleh 3 faktor :
Faktor pembuluh darah :
o
Aterosklerosis.
o
Spasme
o
Arteritis
Faktor sirkulasi :
o Hipotensi
o Stenosos aurta
o insufisiensi
Faktor darah :
o
Anemia
o
Hipoksemia
o
polisitemia
2.
Curah jantung yang meningkat :
Aktifitas berlebihan
Emosi
Makan terlalu banyak
hypertiroidisme
3.
Kebutuhan oksigen miocard meningkat pada :
Kerusakan miocard
Hypertropimiocard
Hypertensi diastolic
Faktor resiko Infark Miokard Akut (IMA) :
Secara garis besar terdapat dua jenis factor resiko bagi setiap
orang untuk terkena IMA, yaitu factor resiko yang bisa dimodifikasi dan factor
resiko yang tidak bisa dimodifikasi :
1.
Faktor Resiko Yang Dapat Dimodifikasi.
Merupakan factor resiko yang bisa dikendalikan sehingga
dengan intervensi tertentu maka bisa dihilangkan. Yang termasuk dalam kelompok
ini diantaranya:
a.
Merokok
Peran
rokok dalam penyakit jantung koroner ini antara lain: menimbulkan
aterosklerosis; peningkatan trombogenessis dan vasokontriksi; peningkatan
tekanan darah; pemicu aritmia jantung, meningkatkan kebutuhan oksigen jantung,
dan penurunan kapasitas pengangkutan oksigen. Merokok 20 batang rokok atau lebih
dalam sehari bisa meningkatkan resiko 2-3 kali disbanding yang tidak merokok.
b.
Konsumsi alcohol
Meskipun
ada dasar teori mengenai efek protektif alcohol dosis rendah hingga moderat,
dimana ia bisa meningkatkan trombolisis endogen, mengurangi adhesi platelet,
dan meningkatkan kadar HDL dalam sirkulasi, akan tetapi semuanya masih
controversial. Tidak semua literature mendukung konsep ini, bahkan peningkatan
dosis alcohol dikaitkan dengan peningkatan mortalitas cardiovascular karena
aritmia, hipertensi sistemik dan kardiomiopati dilatasi.
c.
Infeksi
Infeksi
Chlamydia pneumoniae , organisme gram negative intraseluler dan penyebab
umum penyakit saluran perafasan, tampaknya berhubungan dengan penyakit koroner
aterosklerotik.
d.
Hipertensi sistemik.
Hipertens
sistemik menyebabkan meningkatnya after load yang secara tidak langsung akan
meningkan beban kerja jantung. Kondisi seperti ini akan memicu hipertropi
ventrikel kiri sebagai kompensasi dari meningkatnya after load yang pada
akhirnya meningkatan kebutuhan oksigen jantung.
e.
Obesitas
Terdapat
hubungan yang erat antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, DM tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas yang
rendah.
f.
Kurang olahraga
Aktivitas
aerobic yang teratur akan menurunkan resiko terkena penyakit jantung koroner,
yaitu sebesar 20-40 %.
g.
Penyakit Diabetes
Resiko
terjadinya penyakit jantung koroner pada pasien dengan DM sebesar 2- 4 lebih
tinggi dibandingkan orang biasa. Hal ini berkaitan dengan adanya abnormalitas
metabolisme lipid, obesitas, hipertensi sistemik, peningkatan trombogenesis
(peningkatan tingkat adhesi platelet dan peningkatan trombogenesis).
2.
Faktor Resiko Yang Tidak Dapat
Dimodifikasi.
Merupakan factor resiko yang tidak bisa dirubah atau
dikendalikan, yaitu diantaranya :
a.
Usia
Resiko meningkat pada pria datas 45 tahun
dan wanita diatas 55 tahun (umumnnya setelah menopause).
b. Jenis Kelamin
Morbiditas akibat penyakit jantung koroner
(PJK)pada laki-laki dua kali lebih besar dibandingkan pada perempuan, hal ini
berkaitan dengan estrogen endogn yang bersifat protective pada perempuan. Hal
ini terbukti insidensi PJK meningkat dengan cepat dan akhirnya setare dengan
laki pada wanita setelah masa menopause.
c.
Riwayat Keluarga
Riwayat anggota keluarga sedarah yang
mengalami PJK sebelm usia 70 tahun merupakan factor resiko
independent untuk terjadinya PJK. Agregasi PJK keluarga menandakan adanya
predisposisi genetic pada keadaan ini. Terdapat bukti bahwa riwayat positif
pada keluarga mempengaruhi onset penderita PJK pada keluarga dekat.
d.
RAS
Insidensi kematian akiat PJK pada orang
Asia yang tinggal di Inggris lebih tinggi dibandingkan dengan peduduk local,
sedangkan angka yang rendah terdapat pada RAS apro-karibia.
e. Geografi
Tingkat kematian akibat PJK lebih tinggi di
Irlandia Utara, Skotlandia, dan bagian Inggris Utara dan dapat merefleksikan
perbedaan diet, kemurnian air, merokok, struktur sosio-ekonomi, dan kehidupan
urban.
f.
Tipe kepribadian
Tipe kepribadian A yang memiliki sifat agresif,
kompetitif, kasar, sinis, gila hormat, ambisius, dan gampang marah sangat
rentan untuk terkena PJK. Terdapat hubungan antara stress dengan abnnormalitas
metabolisme lipid.
g. Kelas
social
Tingkat kematian akibat PJK tiga kali lebih
tinggi pada pekerja kasar laki-laki terlatih dibandingkan dengan kelompok
pekerja profesi (missal dokter, pengacara dll). Selain itu frekuensi istri
pekerja kasar ternyata 2 kali lebih besar untuk mengalami kematian dini akibat
PJK dibandingkan istri pekerja professional/non-manual
Faktor predisposisi Infark Miokard Akut
(IMA): (kasuari, 2002)
1.
Faktor resiko biologis yang tidak dapat
diubah :
usia lebih dari 40 tahun
jenis kelamin : insiden pada pria tinggi,
sedangkan pada wanita meningkat setelah menopause
hereditas
Ras : lebih tinggi insiden pada kulit
hitam.
2. Faktor resiko yang dapat diubah :
Mayor :
o hiperlipidemia
o hipertensi
o Merokok
o Diabetes
o Obesitas
o Diet tinggi lemak jenuh, kalori
Minor:
o Inaktifitas fisik
o Pola kepribadian tipe A (emosional,
agresif, ambisius, kompetitif).
o Stress psikologis berlebihan.
C. Patofisiologi
IMA terjadi
ketika iskemia yang terjadi berlangsung cukup lama yaitu lebih dari 30-45
menit sehingga menyebabkan kerusakan seluler yang ireversibel. Bagian jantung
yang terkena infark akan berhenti berkontraksi selamanya. Iskemia yang terjadi
paling banyak disebabkan oleh penyakit arteri koroner / coronary artery disease(CAD). Pada penyakit ini terdapat materi lemak (plaque)
yang telah terbentuk dalam beberapa tahun di dalam lumen arteri
koronaria (arteri yang mensuplay darah dan oksigen pada jantung) Plaque
dapat rupture sehingga menyebabkan terbentuknya bekuan darah pada permukaan
plaque.Jika bekuan menjadi cukup
besar, maka bisa menghambat aliran darah baik total maupun sebagian pada arteri
koroner.
Terbendungnya aliran darah menghambat darah
yang kaya oksigen mencapai bagian otot jantung yang disuplai oleh arteri
tersebut. Kurangnya oksigen akan merusak otot jantung. Jika sumbatan itu tidak
ditangani dengan cepat, otot jantung ang rusak itu akan mulai mati. Selain
disebabkan oleh terbentuknya sumbatan oleh plaque ternyata infark juga bisa
terjadi pada orang dengan arteri koroner normal (5%). Diasumsikan bahwa spasme
arteri koroner berperan dalam beberapa kasus ini
Spasme yang terjadi bisa dipicu oleh
beberapa hal antara lain: mengkonsumsi obat-obatan tertentu; stress emosional;
merokok; dan paparan suhu dingin yang ekstrim Spasme bisa terjadi
pada pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik sehingga bisa menimbulkan
oklusi kritis sehingga bisa menimbulkan infark
jika terlambat dalam penangananya.
Letak infark ditentukan juga oleh letak
sumbatan arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung. Terdapat dua arteri
koroner besar yaitu arteri koroner kanan dan kiri. Kemudian arteri koroner kiri
bercabang menjadi dua yaitu Desenden Anterior dan arteri sirkumpeks kiri.
Arteri koronaria Desenden Anterior kiri berjalan melalui bawah anterior dinding
ke arah afeks jantung. Bagian ini menyuplai aliran dua pertiga dari septum
intraventrikel, sebagaian besar apeks, dan ventrikel kiri anterior. Sedangkan
cabang sirkumpleks kiri berjalan dari koroner kiri kearah dinding lateral
kiri dan ventrikel kiri. Daerah yang disuplai meliputi atrium kiri,
seluruh dinding posterior, dan sepertiga septum intraventrikel
posterior.Selanjutnya arteri koroner kanan berjalan dari aorta sisi kanan
arteri pulmonal kearah dinding lateral kanan sampai ke posterior jantung.
Bagian jantung yang disuplai meliputi:
atrium kanan, ventrikel kanan, nodus SA, nodus AV, septum interventrikel
posterior superior, bagian atrium kiri, dan permukaan diafragmatik ventrikel
kiri. Berdasarkan hal diatas maka dapat diketahui jika infark anterior
kemungkinan disebabkan gangguan pada cabang desenden anterior kiri, sedangkan
infark inferior bisa disebabkan oleh lesi pada arteri koroner kanan.
Berdasarkan ketebalan dinding otot jantung yang terkena maka infark bisa
dibedakan menjadi infark transmural dan subendokardial. Kerusakan pada seluruh
lapisan miokardiom disebut infark transmural, sedangkan jika hanya mengenai
lapisan bagian dalam saja disebut infark subendokardial. Infark miokardium akan
mengurangi fungsi ventrikel karena otot yang nekrosis akan kehilangan daya
kotraksinya begitupun otot yang mengalami iskemi (disekeliling daerah infark).
Secara fungsional infark miokardium
menyebabkan perubahan-perubahan sebagai berikut: Daya kontraksi menurun;
Gerakan dinding abnormal (daerah yang terkena infark akan menonjol keluar saat
yang lain melakukan kontraksi); Perubahan daya kembang dinding ventrikel;
Penurunan volume sekuncup; Penurunan fraksi ejeksi. Gangguan fungsional yang
terjadi tergantung pada beberapa factor dibawah ini: Ukuran infark à jika
mencapai 40% bisa menyebabkan syok kardiogenik; Lokasi Infark àdinding anterior
mengurangi fungsi mekanik jantung lebih besar dibandingkan jika terjadi pada
bagian inferior; Sirkulasi kolateral à berkembang sebagai respon terhadap
iskemi kronik dan hiperferfusi regional untuk memperbaiki aliran darah yang
menuju miokardium. Sehingga semakin banyak sirkulasi kolateral, maka gangguan
yang terjadi minimal; Mekanisme kompensasi bertujuan untuk mempertahankan
curah jantung dan perfusi perifer. Gangguan akan mulai terasa ketika mekanisme
kompensasi jantung tidak berfungsi dengan baik.
D. Manifestasi Klinis
Tidak semua serangan mulai secara tiba-tiba
disertai nyeri yang sangat parah seperti yang sering kita lihat pada tayangan
TV atau sinema. Tanda dan gejala dari serangan jantung tiap orang tidak sama.
Banyak serangan jantung berjalan lambat sebagai nyeri ringan atau perasaan
tidak nyaman. Bahkan beberapa orang tanpa gejala sedikitpun (dinamakan silent
heart attack). Akan tetapi pada umumnya serangan IMA ini ditandai oleh
beberapa hal berikut :
1. Nyeri Dada
Mayoritas
pasien IMA (90%) datang dengan keluhan nyeri dada. Perbedaan dengan nyeri
pada angina adalah nyeri pada IMA lebih panjang yaitu minimal 30 menit,
sedangkan pada angina kurang dari itu. Disamping itu pada angina biasanya nyeri
akan hilang dengan istirahat akan tetapi pada infark tidak.Nyeri dan rasa
tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya keringat dingin atau
perasaan takut. Meskipun IMA memiliki ciri nyeri yang khas yaitu menjalar ke
lengan kiri, bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu
nyeri yang terasa hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula,
atau penderita DM berkaitan dengan neuropathy. gambaran klinis bisa bervariasi
dari pasien yang datang untuk melakukan pemeriksaan rutin, sampai pada pasien
yang merasa nyeri di substernal yang hebat dan secara cepat berkembang menjadi
syok dan oedem pulmonal, dan ada pula pasien yang baru saja tampak sehat lalu
tiba-tiba meninggal.
Serangan
infark miokard biasanya akut, dengan rasa sakit seperti angina,tetapi tidak
seperti angina yang biasa, maka disini terdapat rasa penekanan yang luar biasa
pada dada atau perasaan akan datangnya kematian. Bila pasien sebelumnya pernah
mendapat serangan angina ,maka ia tabu bahwa sesuatu yang berbeda dari serangan
angina sebelumnya sedang berlangsung. Juga, kebalikan dengan angina yang biasa,
infark miokard akut terjadi sewaktu pasien dalam keadaan istirahat ,sering pada
jam-jam awal dipagi hari. Nitrogliserin tidaklah mengurangkan rasa sakitnya
yang bisa kemudian menghilang berkurang dan bisa pula bertahan berjam-jam
malahan berhari-hari. Rasa sakitnya adalah diffus dan bersifat mencekam,
mencekik, mencengkeram atau membor. Paling nyata didaerah subternal, dari mana
ia menyebar kedua lengan, kerongkongan atau dagu, atau abdomen sebelah atas
(sehingga ia mirip dengan kolik cholelithiasis, cholesistitis akut ulkus
peptikum akut atau pancreatitis akut).
Terdapat
laporan adanya infark miokard tanpa rasa sakit. Namun bila pasien-pasien ini
ditanya secara cermat, mereka biasanya menerangkan adanya gangguan pencernaan
atau rasa benjol didada yang samar-samar yang hanya sedikit menimbulkan rasa
tidak enak/senang. Sekali-sekali pasien akan mengalami rasa napas yang pendek
(seperti orang yang kelelahan) dan bukanya tekanan pada substernal.Sekali-sekali
bisa pula terjadi cekukan/singultus akibat irritasi diapragma oleh infark
dinding inferior. pasien biasanya tetap sadar ,tetapi bisa gelisah, cemas atau
bingung. Syncope adalah jarang, ketidak sadaran akibat iskemi serebral, sebab
cardiac output yang berkurang bisa sekali-sekali terjadi.Bila pasien-pasien
ditanyai secara cermat, mereka sering menyatakan bahwa untuk masa yang
bervariasi sebelum serangan dari hari 1 hingga 2 minggu ) ,rasa sakit anginanya
menjadi lebih parah serta tidak bereaksi baik tidak terhadap pemberian
nitrogliserin atau mereka mulai merasa distres/rasa tidak enak substernal yang
tersamar atau gangguan pencernaan (gejala -gejala permulaan /ancaman
/pertanda). Bila serangan-serangan angina menghebat ini bisa merupakan petunjuk
bahwa ada angina yang tidak stabil (unstable angina) dan bahwasanya dibutuhkan
pengobatan yang lebih agresif.
2. Sesak Nafas
Sesak
nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolic
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hiperventilasi.Pada
infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya
disfungsi ventrikel kiri yang bermakna.
3.
Gejala
Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan
mual dan muntah, dan biasanya lebih sering pada infark inferior, dan stimulasi
diafragma pada infak inferior juga bisa menyebabkan cegukan terlebih-lebih
apabila diberikan martin untuk rasa sakitnya.
4. Gejala Lain
Termasuk
palpitasi, rasa pusing, atau sinkop dari aritmia ventrikel, dan gejala akibat
emboli arteri (misalnya stroke, iskemia ekstrimitas).
Bila diperiksa, pasien
sering memperlihatkan wajah pucat bagai abu dengan berkeringat , kulit yang
dingin . Walaupun bila tanda-tanda klinis dari syok tidak dijumpai.Nadi
biasanya cepat, kecuali bila ada blok/hambatan AV yang komplit atau inkomplit.
Dalam beberapa jam, kondisi klinis pasien mulai membaik, tetapi demam sering
berkembang. Suhu meninggi untuk beberapa hari, sampai 102 derajat Fahrenheid
atau lebih tinggi, dan kemudian perlahan-lahan turun ,kembali normal pada akhir
dari minggu pertama.
E. Pemeriksa Penunjangan
Penegakan
diagnosa serangan jantung berdasarkan gejala, riwayat kesehatan prbadi dan
kelarga, serta hasil test diagnostic.
Pada EKG 12 lead,
jaringan iskemik tetapi masih berfungsi akan menghasilkan perubahan gelombang
T, menyebabkan inervasi saat aliran listrik diarahkan menjauh dari
jaringan iskemik, lebih serius lagi, jaringan iskemik akan mengubah segmen ST
menyebabkan depresi ST. Pada infark, miokard yang mati tidak mengkonduksi
listrik dan gagal untuk repolarisasi secara normal, mengakibatkan elevasi
segmen ST. Saat nekrosis terbentuk, dengan penyembuhan cincin iskemik disekitar
area nekrotik, gelombang Q terbentuk. Area nekrotik adalah jaringan parut yang
tak aktif secara elektrikal, tetapi zona nekrotik akan menggambarkan perubahan
gelombang T saat iskemik terjadi lagi. Pada awal infark miokard, elevasi ST
disertai dengan gelombang T tinggi. Selama berjam-jam atau berhari-hari
berikutnya, gelombang T membalik. Sesuai dengan umur infark miokard, gelombang
Q menetap dan segmen ST kembali normal.
Daerah infark
|
Perubahan EKG
|
Anterior
|
Elevasi segmen ST pada lead V3 -V4,
perubahan resiprokal (depresi ST) pada lead II, III, aVF.
|
Inferior
|
Elevasi segmen T pada lead
II, III, aVF, perubahan resiprokal (depresi ST) V1 – V6, I, aVL.
|
Lateral
|
Elevasi segmen ST pada
I, aVL, V5 – V6.
|
Posterior
|
Perubahan resiprokal
(depresi ST) pada II, III, aVF, terutama gelombang R pada V1 – V2.
|
Ventrikel kanan
|
Perubahan gambaran dinding inferior
|
Gambaran spesifik pada rekaman EKG
2. Test Darah
Selama serangan, sel-sel
otot jantung mati dan pecah sehingga protein-protein tertentu keluar
masuk aliran darah.
a. LDH (Laktat Dehidrogenisasi) terjadi pada tahap lanjut infark miokard
yaitu
setelah 24 jam kemudian
mencapai puncak dalam 3-6 hari. Masih dapat dideteksi sampai dengan 2
minggu.Iso enzim LDH lebih spesifik dibandingkan CPK-MB akan tetapi penggunaan
klinisnya masih kalah akurat dengan nilai Troponin, terutama Troponin T.
Seperti yang kita ketahui bahwa ternyata isoenzim CPK-MB maupun LDH selain
ditemukan pada otot jantung juga bisa ditemukan pada otot skeletal.
b. Troponin T & I merupakan
protein merupakan tanda paling spesifik cedera otot jantung, terutama
Troponin T (TnT)Tn T sudah terdeteksi 3-4 jam pasca kerusakan miokard dan
masih tetap tinggi dalam serum selama 1-3 minggu.Pengukuran serial enzim
jantung diukur setiap selama tiga hari pertama; peningkatan bermakna jika nilainya
2 kali batas tertinggi nilai normal.
Pemeriksaan Enzim jantung
:
a.
CPK-MB/CPK
Isoenzim
yang ditemukan pada otot jantung meningkat antara 4-6 jam, memuncak dalam 12-24
jam, kembali normal dalam 36-48 jam.
b.
LDH/HBDH
Meningkat
dalam 12-24 jam dam memakan waktu lama untuk kembali normal
c.
AST/SGOT
Meningkat
( kurang nyata/khusus ) terjadi dalam
6-12 jam, memuncak dalam 24 jam, kembali normal dalam 3 atau 4 hari.
3. Coronary
Angiography
Coronary
angiography merupakan pemeriksaan
khusus dengan sinar x pada jantung dan pembuluh darah. Sering dilakukan selama
serangan untuk menemukan letak sumbatan pada arteri koroner. Dokter memasukan
kateter melalui arteri pada lengan atau paha menujua jantung. Prosedur ini
dinamakan kateterisasi jantung, yang merupakan bagian dari angiografi koroner
Zat kontras yang terlihat melalui sinar x diinjeksikan melalui ujung kateter
pada aliran darah. Zat kontras itu memingkinkan dokter dapat mempelajari
aliran darah yang melewati pembuluh darah dan jantung Jika ditemukan sumbatan,
tindakan lain yang dinamakan angioplasty, dpat dilakukan untuk memulihkan aliran
darah pada arteri tersebut. Kadang-kadang akan ditempatkan stent (pipa kecil yang berpori) dalam arteri
untuk menjaga arteri tetap terbuka.
Pemeriksaan Penunjang
Lain Akut Miokard Infark (AMI):
1. EKG
Untuk mengetahui
fungsi jantung : T. Inverted, ST depresi, Q. patologis.
2. Enzim
Jantung.
CPKMB, LDH, AST
3. Elektrolit.
Ketidakseimbangan
dapat mempengaruhi konduksi dan kontraktilitas, missal
hipokalemi, hiperkalemi.
4. Sel
darah putih
Leukosit (
10.000 – 20.000 ) biasanya tampak pada hari ke-2 setelah IMA berhubungan dengan
proses inflamasi
5. Kecepatan
sedimentasi
Meningkat pada
ke-2 dan ke-3 setelah AMI , menunjukkan inflamasi.
6. Kimia
Mungkin normal,
tergantung abnormalitas fungsi atau perfusi organ akut atau kronis
7. GDA
Dapat
menunjukkan hypoksia atau proses penyakit paru akut atau kronis.
8. Kolesterol
atau Trigliserida serum
Meningkat,
menunjukkan arteriosclerosis sebagai penyebab AMI.
9. Foto
dada
Mungkin normal
atau menunjukkan pembesaran jantung diduga GJK atau aneurisma ventrikuler.
10. Ekokardiogram
Dilakukan
untuk menentukan dimensi serambi, gerakan katup atau dinding ventrikuler dan
konfigurasi atau fungsi katup.
11. Pemeriksaan pencitraan
nuklir
a. Talium : mengevaluasi aliran darah miocardia dan status sel
miocardia missal lokasi atau luasnya IMA
b. Technetium
: terkumpul dalam sel iskemi di sekitar area nekrotik
12. Pencitraan darah
jantung (MUGA)
Mengevaluasi
penampilan ventrikel khusus dan umum, gerakan dinding regional dan fraksi
ejeksi (aliran darah)
13. Angiografi koroner
Menggambarkan
penyempitan atau sumbatan arteri koroner.
Biasanya dilakukan sehubungan dengan pengukuran tekanan serambi dan mengkaji
fungsi ventrikel kiri (fraksi ejeksi). Prosedur tidak selalu dilakukan pad fase
AMI kecuali mendekati bedah jantung angioplasty atau emergensi.
14. Digital subtraksion
angiografi (PSA)
Teknik yang digunakan
untuk menggambarkan.
15. Nuklear Magnetic
Resonance (NMR)
Memungkinkan
visualisasi aliran darah, serambi jantung
atau katup ventrikel, lesivaskuler, pembentukan plak, area nekrosis atau
infark dan bekuan darah.
16. Tes stress olah raga
Menentukan
respon kardiovaskuler terhadap aktifitas atau sering dilakukan sehubungan
dengan pencitraan talium pada fase penyembuhan.
F. Komplikasi
Perluasan infark dan
iskemiapasca infark,aritmia (sinus bradikardi,
supraventrikulertakiaritmia,aritmia ventrikular, gangguan konduksi), disfungsi
otot jantung (gagal jantung kiri, hipotensi, dan shock), infarkventrikel kanan,
defek mekanik, ruptur miokard,aneurisma ventrikel kiri,perikarditis, dan
trombus mural.
G.Penatalaksanaan
Tujuan dari penanganan pada infark miokard
adalah menghentikan perkembangan serangan jantung, menurunkan beban kerja
jantung (memberikan kesempatan untuk penyembuhan) dan mencegah komplikasi lebih
lanjut.Berikut ini adalah penanganan yang dilakukan pada pasien dengan IMA:
1. Berikan oksigen meskipun kadar oksigen
darah normal. Persediaan oksigen yang melimpah untuk jaringan, dapat menurunkan
beban kerja jantung. Oksigen yang diberikan 5-6 L /menit melalu binasal kanul.
2.
Pasang monitor kontinyu
EKG segera, karena aritmia yang mematikan dapat terjadi dalam jam-jam pertama
pasca serangan.
3.
Pasien dalam kondisi
bedrest untuk menurunkan kerja jantung sehingga mencegah kerusakan otot jantung
lebih lanjut. Mengistirahatkan jantung berarti memberikan kesempatan kepada
sel-selnya untuk memulihkan diri.
4.
Pemasangan IV line untuk
memudahkan pemberan obat-obatan dan nutrisi yang diperlukan. Pada awal-awal
serangan pasien tidak diperbolehkan mendapatkan asupa nutrisi lewat mulut
karena akan meningkatkan kebutuhan tubuh erhadap oksigen sehingga bisa
membebani jantung.
5.
Pasien yang dicurigai
atau dinyatakan mengalami infark seharusnya mendapatkan aspirin (antiplatelet)
untuk mencegah pembekuan darah. Sedangkan bagi pasien yang elergi
terhadap aspirin dapat diganti dengan clopidogrel.
6.
Nitroglycerin dapat
diberikan untuk menurunkan beban kerja jantung dan memperbaiki aliran
darah yang melalui arteri koroner. Nitrogliserin juga dapat membedakan apakah
ia Infark atau Angina, pada infark biasanya nyeri tidak hilang dengan pemberian
nitrogliserin.
7.
Morphin merupakan
antinyeri narkotik paling poten, akan tetapi sangat mendepresi aktivitas
pernafasan, sehingga tdak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat gangguan
pernafasan. Sebagai gantinya maka digunakan petidin.
8.
Pada prinsipnya jika
mendapatkan korban yang dicurigai mendapatkan serangan jantung, segera hubungi
118 untuk mendapatkan pertolongan segera. Karena terlambat 1-2 menit saa nyawa
korban mungkin tidak terselamatkan lagi.
Obat-obatan yang digunakan pada pasien
dengan IMA diantaranya:
1. Obat-obatan
trombolitik
Obat-obatan
ini ditujukan untuk memperbaiki kembali airan darah pembuluh darah koroner,
sehingga referfusi dapat mencegah kerusakan miokard lebih lanjut. Obat-obatan
ini digunakan untuk melarutkan bekuan darah yang menyumbat arteri koroner.
Waktu paling efektive pemberiannya adalah 1 jam stelah timbul gejal pertama dan
tidak boleh lebih dari 12 jam pasca serangan. Selain itu tidak boleh diberikan
pada pasien diatas 75 tahun Contohnya adalah streptokinase.
3. Beta
Blocker
Obat-obatan
ini menrunkan beban kerja jantung. Bisa juga digunakan untuk mengurangi nyeri
dada atau ketidaknyamanan dan juga mencegah serangan jantung tambahan. Beta
bloker juga bisa digunakan untuk memperbaiki aritmia. Terdapat dua jenis yaitu cardioselective (metoprolol,
atenolol, dan acebutol) dan non-cardioselective (propanolol, pindolol,
dan nadolol).
4. Angiotensin-Converting
Enzyme (ACE) Inhibitors
Obat-obatan ini menurunkan tekanan darah dan mengurangi
cedera pada otot jantung. Obat ini juga dapat digunakan untuk memperlambat
kelemahan pada otot jantung. Misalnya captropil.
5. Obat-obatan
antikoagulan
Obat- obatan ini mengencerkan darah dan mencegah
pembentukan bekuan darah pada arteri. Missal: heparin dan enoksaparin.
6. Obat-obatan
Antiplatelet
Obat-obatan
ini (misal aspirin dan clopidogrel) menghentikan platelet untuk membentuk
bekuan yang tidak diinginkan.
Jika
obat-obatan tidak mampu menangani/menghentikan serangan jantung, maka dapat
dilakukan tindakan medis, yaitu antara lain :
1. Angioplasti
2.
Tindakan non-bedah ini
dapat dilakukan dengan membuka arteri koroner yang tersumbat oleh bekuan darah.
Selama angioplasty kateter dengan balon pada ujungnya dimasukan melalui
pembuluh darah menuju arteri koroner yang tersumbat. Kemudian balon
dikembangkan untuk mendorong plaq melawan dinding arteri. Melebarnya bagian
dalam arteri akan mengembalikan aliran darah.Pada angioplasti, dapat diletakan
tabung kecil (stent) dalam arteri yang tersumbat sehingga menjaganya tetap
terbuka. Beberapa stent biasanya dilapisi obat-obatan yang mencegah
terjadinya bendungan ulang pada arteri.
3. CABG (Coronary Artery Bypass Grafting)
Merupakan
tindakan pembedahan dimana arteri atau vena diambil dari bagian tubuh lain
kemudian disambungkan untuk membentuk jalan pintas melewati arteri koroner yang
tersumbat. Sehingga menyediakan jalan baru untuk aliran darah yang menuju
sel-sel otot jantung.
4.
Setelah pasien
kembali ke rumah maka penanganan tidak berhenti, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan:
a. Mematuhi
manajemen terapi lanjutan dirumah baik berupa obat-obatan maupn mengikuti
program rehabilitasi.
b. Melakukan upaya perubahan gaya hidup sehat
yang bertujuan untuk menurunkan kemungkinan kekambuhan, misalnya antara lain:
menghindari merokok, menurunkan BB, merubah dit, dan meningatkan aktivitas
fisik.
H.Pemeriksaan Fisik
Tampilan
Umum :
1.
Pasien
tampak pucat, berkeringat, dan gelisah akibat aktivitas simpatis berlebihan.
Pasien juga tampak sesak. Demam derajat sedang (< 38 C) bisa timbul setelah
12-24 jam pasca infarkb.
2.
Denyut
Nadi dan Tekanan Darah Sinus takikardi (100-120 x/mnt) terjadi pada sepertiga
pasien, biasanya akan melambat dengan pemberian analgesic yang adekuat.Denyut
jantung yang rendah mengindikasikan adanya sinus bradikardi atau blok jantung
sebagai komplikasi dari infark. Peningkatan TD moderat merupakan akibat dari pelepasan
kotekolamin.Sedangkan jika terjadi hipotensi maka hal tersebut merupakan akibat
dari aktivitas vagus berlebih, dehidrasi, infark ventrikel kanan, atau
tanda dari syok kardiogenik.
3.
Pemeriksaan
jantung, terdengar bunyi jantung S4 dan S3 , atau mur-mur. Bunyi gesekan
perikard jarang terdengar hingga hari ke dua atau ketiga atau lebih lama lagi
(hingga 6 minggu) sebagai gambatan dari sindrom Dressler.
4.
Pemeriksaan
paru, Ronkhi akhir pernafasan bisa terdengar, walaupun mungkin tidak terdapat
gambaran edema paru pada radiografi. Jika terdapat edema paru, maka hal itu
merupakan komplikasi infark luas, biasanya anterior.
2. Asuhan
Keperawatan
I.
Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Primer
a. Airways
o Sumbatan atau penumpukan secret
o Wheezing atau krekles
b.
Breathing
o Sesak dengan aktifitas
ringan atau istirahat
o RR lebih dari 24
kali/menit, irama ireguler dangkal
o Ronchi, krekles
o Ekspansi dada tidak
penuh
o Penggunaan otot bantu
nafas
c. Circulation
o Nadi
lemah , tidak teratur
o Takikardi
o TD
meningkat / menurun
o Edema
o Gelisah
o Akral
dingin
o Kulit
pucat, sianosis
o Output
urine menurun
2. Pengkajian Sekunder
a. Aktifitas
Gejala : kelemahan,
kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap, jadwal olah raga tidak
teratur.
Tanda : Takikardi,dispnea
pada istirahat / aktifitas
b. Sirkulasi
Gejala
: Riwayat MI sebelumnya, penyakit arteri koronaria, GJK,
masalah TD, DM.
Tanda : TD dapat normal
atau naik/turun.
Nadi
dapat normal, penuh / tak kuat atau lemah / kuat kualitasnya dengan
pengisian kapiler lambat, tidak teratur (distritnya)
Bunyi
jantung : bunyi jantung ekstra S3 / S4 mungkin menunjukkan gagal jantung /
penurunan kontraktilitas ventrikel.
Murmur, bila ada
menunjukkan gagal katub/disfungsi otot papiler
Friksi dicurigai
perikarditis
Irama jantung : dapat
teratur/tidak teratur
Edema
: distensi vena jugular, edema dependen / perifer, edema umum krekels mungkin
ada dengan gagal jantung
Warna
: pucat/ sianosis / kulit abu-abu kuku datar pada membran mukosa dan bibir.
c.
Integritas Ego
Gejala : menyangkal
gejala penting/adanya kondisi
Tanda : mendak,
menyangkal, cemas, kurang kontak mata gelisah, marah, perilaku menyerang, fokus
pada diri sendiri
d.
Eliminasi
Tanda : normal/bunyi usus
menurun.
e. Makanan / Cairan
Gejala : mual/kehilangan
nafsu makan, bersendawa, nyeri ulu hati / terbakar, penurunan turgor
kulit, kulit kering / berkeringat
Tanda : muntah, perubahan
berat badan.
f. Higiene
§
Tanda/gejala
: kesulitan melakukan tugas perawatan
g. Neurosensori
§Gejala : pusing, berdenyut selama tidur /
saat bangun
§Tanda : perubahan mental,kelemahan.
h.
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala
: nyeri dada yang timbulnya mendadak
Lokasi
: tipikal pada dada anterior,subternal, prekordia, dapat menyerang ke
tangan, rahang wajah.
Kualitas
: menyempit, berat, menetap, tertekan, seperti dapat dilihat.
Intensitas
: biasanya pada skala 1-5
Catatan
: nyeri mungkin tak ada pada klien post operasi, dengan DM,
hipertensi, lansia.
Tanda
:
- Wajah meringis
- Perubahan postur tubuh
- Menarik diri, kehilangan kontak mata
- Respon otomatik : perubahan frekuensi / irama jantung,
tekanan darah, pernafasan, warna kulit, kelembaban, kesadaran.
i.
Pernafasan
Gejala
:
- Dyspnea dengan / tanpa kerja, dyspnea nokturnal
- Batuk dengan / tanpa sputum
- Riwayat merokok, penyakit pernafasan kronis
Tanda
:
-
Peningkatan frekuensi
pernafasan
-
Sianosis
-
Bunyi nafas :
bersih/krekels
-
Sputum : bersih, merah muda kental
j.
Interaksi social
Gejala :
- Stres saat ini contoh kerja, keluarga
-
Kesulitan koping dengan
stresor yang ada
Tanda :
- Kesulitan istirahat dengan tenang
- Menarik diri dari keluarga
J. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang
bisa muncul diantaranya:
1. Nyeri akut berhubungan dengan agent cidera iskhemia
jaringan sekunder terhadap sumbatan arteri koroner.
2. Penurunan cardiac out put berhubungan
dengan Gangguan stroke volume (preload, afterload,
kontraktilitas).
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen.
4. Cemas berhubungan dengan nyeri yang diantisipasi dengan
kematian.
K.Rencana Keperawatan
NO
|
DIAGNOSA
|
TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
(NOC)
|
INTERVENSI
(NIC)
|
1
|
Nyeri akut b/d agen injuri fisik
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 janm nyeriklien
berkurang, dengan kriteria :
-
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik
nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri)
-
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri
-
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri
-
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
-
Tanda vital dalam rentang normal
|
NIC
Pain Management
1.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif ( lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi,kualitas dan faktor pesipitasi)
2.
Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan
3.
Ginakan teknik komunikasi teraipetik untuk mengetahui pengalaman nyeri klien
4.
Evaluasi pengalaman nyeri masa lalu
5.
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan
6.
Ajarkan tentang teknik pernafasan / relaksasi
7.
Berikan analgetik untuk menguranggi nyeri
8.
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
9.
Anjurkan klien untuk beristirahat
10.
Kolaborasi dengan dokter jika keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgetic Administration
1.
Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis dan frekuensi
2.
Cek riwayat alegi
3.
Monitor vital sign sebelumdan sesudah pemberian analgetik pertama kali
4.
Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri hebat
5.
Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala (efak samping)
|
2
|
Penurunan cardiac output b/d gangguan stroke volume (preload,
afterload, kontraktilitas)
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam klien
tidak mengalami penurunan cardiac output, dengan kriteria :
-
Tanda vital dalam rentang normal (TD, Nadi, RR)
-
Dapat mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan
-
Tidak ada edema paru, perifer, dan tidak ada asites
-
Tidak ada penurunan kesadaran
|
NIC
Cardiac Care
1.
Evaluasi adanya nyeri dada (intensitas, lokasi, durasi)
2.
Catat adanya disritmia jantung
3.
Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output
4.
Monitor status kardiovaskuler
5.
Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
6.
Monitor abdomen sebagai indikator penurunan perfusi
7.
Monitor balance cairan
8.
Monitor adanya perubahan tekanan darah
9.
Monitor respon klien terhadap efek pengobatan anti aritmia
10. Atur periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan
11. Monitor toleransi aktivitas pasien
12. Monitor adanya dispneu, fatigue, takipneu, dan ortopneu
13. Anjurkan pasien untuk menurunkan stress
Vital Sign Monitoring
1. Monitor TD, Nadi, Suhu, dan RR
2. Catat adanya fluktuasi tekanan darah
3. Monitor vital sign saat pasien berbaring, duduk dan
berdiri
4. Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
5. Monitor TD, Nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas
6. Monitor kualitas dari nadi
7. Monitor adanya pulsus paradoksus
8. Monotor adanya pulsus alterans
9. Monitor jumlah dan irama jantung
10. Monitor bunyi jantung
11. Monitor frekuensi dan irama pernafasan
12. Monitor suara paru
13. Monitor pola pernafasan abnormal
14. Monitor suhu, warna dan kelembaban kulit
15. Monitor sianosis perifer
16. Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi,
peningkatan sistolik)
17. Identifikasi penyebab dan perubahan vital sign
|
3
|
Intoleransi aktivitas b/d fatigue
|
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x 24 jam klien tidak
mengalami intoleransi aktivitas, dengan kriteria :
-
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, Nadi, dan RR
-
Mampu melakukan aktivitas sehari – hari secara mandiri
|
NIC
Energy Management
1.
Observasi adanya pembatasan klien dalam melakukan aktivitas
2.
Dorong pasiem untuk mengungkapkan perasaan terhadap keterbatasan
3.
Kaji adanya factor yang menyebabkan kelelahan
4.
Monitor nutrisi dan sumber energi yang adekuat
5.
Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan emosi secara berlebihan
6.
Monitor respon kardiovaskuler terhadap aktivitas
7.
Monitor pola tidur dan lamanya tidur / istirahat pasien
Activity Therapy
1.
Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi
yang tepat.
2.
Bantu pasienuntuk mengidentivikasi aktivitas yang mampu dilakukan
3.
Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik,
psikologi dan sosial
4.
Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
5.
Bantu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek
6.
Bantu untuk mengidentivikasi aktivitas yang disukai
7.
Bantu pasien/ keluarga untuk mengidentivikasi kekurangan dalam beraktivitas
|
4
|
Cemas b.d nyeri yang dian-tisipasi dengan kematian.
Batasan karakteristik :
-
Mengkhawatirkan dampak kematian ter-hadap orang terdekat.
-
Takut kehilangan ke-mampuan fisik dan atau mental bila me-ninggal
-
Nyeri yang diantisipasi yang berhubungan de-ngan kematian
-
Kekhawatiran beban kerja pemberi perawat-an karena sakit termi-nal dan ketidakmam-puan diri
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…X 24 jam, klien
mampu mengon-trol cemas dengan kriteria :
Activity Tolerance (0005)
-
Monitor intensitas ce-mas
-
Menyisihkan pendahu-luan cemas
-
Mengurangi rangsangan lingkungan ketika cemas
- Mencari informasi yang dapat mengurangi kece-masan
- Membuat strategi ko-ping untuk mengatasi ketegangan
-
Menggunakan strategi koping yang efektif
- Mmenggunakan tehnik relaksasi untuk mengu-rangi cemas
-
Melaporkan lamanya ti-ap episode
-
Menunjukkan pemeliha-raan peran
-
Memelihara hubungan sosial
-
Memelihara konsentrasi
-
Melaporkan ketidak-adanya tanggapan pan-caindera
- Tidur
yang cukup
- Tidak adanya manifes-tasi perilaku karena cemas
-
Kontrol / pengawasan respon cemas
|
1. Gunakan ketenangan
dalam pendekatan
2. Kaji perilaku klien yang tidak diduga
3. Identifikasi persepsi klien terhadap ancaman / situasi
4. Anjurkan klien
melakukan tehnik relaksasi
5. Orientasikan klien / keluarga terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang
diharapkan
6. Laporkan adanya kegelisahan, me-nolak, menyangkal program medis
7. Dengarkan klien
dengan penuh perhatian
8. Kuatkan tingkah laku
yang tepat
9. Ciptakan suasana
yang memudahkan kepercayaan
10. Dorong / anjurkan klien meng-ungkapkan dengan kata-kata mengenai
perasaan, menanggapi sesuatu, kekha-watiran
11. Identifikasi ketika tingkat cemas berubah
12. Berikan pengalihan perhatian untuk menurunkan ketegangan
13. Bantu klien memgidentifikasi situasi yang mempercepat cemas
14. Awasi rangsangan dengan tepat yang diperlukan klien
15. Berikan bantuan yang tepat pada mekanisme pertahanan
16. Bantu klien mengungkapkan kejadian yang meningkat
17. Tentukan klien membuat keputusan
18. Kelola obat yang dapat mengurangi cemas dengan tepat
|
Bab iii
Penutup
A. Kesimpulan
· Kebiasaan hidup yang tidak sehat, kepribadian
tipe A, kurang olah raga, dan factor keturunan serta usia di atas 40
tahun dapat menjadi factor pencetus terjadinya
Infark Miokard akut
· Infark Miokard akut
disebabkan oleh penyumbatan thrombus di aliran darah arteri koroner
· Gejala yang di timbulkan
oleh Infark Miokard akut adalah takikardi, ekresi
keringat berlebihan, dispnea , abnormal Pada pemeriksaan EKG
(Elektrokardiogram), rasa mual / muntah, dan tekanan darah
meningkat.
· Pengobatan Infark Miokard
akut dapat dilakukan dengan cara Vasodilatator, Antikoagulan, Trombolitik, dan
Analgetik.
Daftar pustaka
Hudak
& Gallo. 1995. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC :
Jakarta
Santosa,
Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima
Medika
Joanne
C. McCloskey. 1996. Nursing Intervention Classification (NIC).
Mosby-Year Book
Judith M.
Wilkinson. 2005. Prentice Hall Nursing Diagnosis Handbook with NIC
Intervention and NOC Outcomes. Upper Saddle River: New Jersey
Carolyn M. Hudak.
Critical Care Nursing : A Holistic Approach.Edisi VII. Volume II. Alih Bahasa :
Monica E. D Adiyanti. Jakarta : EGC ; 1997
Susan
Martin Tucker. Patient Care Standarts.
Volume 2. Jakarta : EGC ; 1998
Long,
B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process approach.
Volume 2. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK Padjajaran; 1996 (Buku asli
diterbitkan tahun 1989)
Smeltzer,
S.C. & Bare, B.G. Brunner and
Suddarth’s textbook of medical – surgical
nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo,
A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun 1996)
Corwin,
E.J. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U.Jakarta: EGC; 2001
(Buku asli diterbitkan tahun 1996)
king casino - Shootercasino.com
BalasHapus› king-casino › 제왕 카지노 지급 정지 king-casino Nov 17, 2021 — Nov 17, 2021 King Casino is open 24 hours a day, 7 days a week. King Casino is rated 4.7 and has a Warning! Rating: 4.7 644 votes